Hosting Gratis
  • Headline

    Kamis, 01 Mei 2014

    Mengendalikan Lidah (2)

    Penyakit-penyakit Lidah

          Berikut ini penyakit-penyakit lidah dan dimulai dengan yang paling ringan kemudian meningkat kepada yang lebih berat :
    1. Penyakit Pertama: Pembicaraan yang tidak Berguna
          Jika Anda berbicara tentang sesuatu yang tidak Anda perlukan dan tidak bermanfaat bagi Anda, maka berarti Anda menyia-nyiakan waktu. Anda akan dihisab atas perbuatan lidah Anda dan berarti Anda telah mengganti yang lebih baik dengan yang lebih rendah. Kalau Anda pergunakan waktu bicara tersebut untuk berfikir bisa jadi Anda akan mendapatkan limpahan rahmat Allah pada saat tafakkur sehingga sangat besar manfaatnya. Sekiranya Anda memuji Allah, menyebut-Nya dan mengagungkan-Nya niscaya hal itu lebih baik. Berapa banyak satu kalimat yang dengannya dibangun istana di sorga.
          Sekalipun pembicaraan yang tidak berguna tidak berdosa, tetapi dia telah merugi karena terluput mendapatkan keuntungan besar dari dzikrullah. Diamnya orang Mu’min hendaknya merupakan tafakkur, penglihatannya merupakan pengambilan pelajaran, dan ucapannya merupakan dzikir. Bahkan modal hamba adalah waktunya. Bila dipergunakan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat baginya dan tidak dipakai untuk menimbun pahala di akhirat maka sesungguhnya dia telah menyia-nyiakan modalnya.
    “Termasuk tanda baiknya keislaman seseorang adalah dia meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya.” (HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi)
          Batasan perkataan yang tidak bermanfaat bagi Anda ialah Anda mengatakan sesuatu pembicaraan yang sekiranya Anda tidak mengucapkannya maka Anda tidak berdosa dan tidak membahayakan keadaan ataupun harta. Misalnya, menyebutkan kisah perjalanan Anda, menanya orang lain tentang sesuatu yang tidak bermanfaat bagi Anda, karena dengan pertanyaan itu berarti Anda menyia-nyiakan waktu Anda dan Anda telah memaksa teman Anda untuk menjawabnya sehingga dia pun terbawa kepada hal yang sia-sia.
                Obat dari semua ini adalah mengetahui bahwa dirinya akan dimintai pertanggungjawaban atas setiap kata yang diucapkan, lidahnya adalah jarring yang bisa dipakai untuk mendapatkan bidadari sorga, menyia-nyiakan hal tersebut merupakan kerugian yang nyata. Itulah obat dari segi ilmu. Dari segi amal adalah dengan ‘uzlahatau meletakkan kerikil di dalam mulutnya atau mewajibkan dirinya untuk diam tidak mengatakan sesuatu yang tidak bermanfaat baginya sehingga lidahnya terbiasa meninggalkan apa yang tidak bermanfaat baginya.

    2. Penyakit Kedua: Berlebihan dalam Berbicara
          Meliputi pembicaraan yang tidak bermanfaat dan menambah pembicaraan yang bermanfaat sehingga melebihi keperluan.
          Ibrahim at-Taimi berkata, “Apabila seorang Mu’min ingin berbicara maka ia melihat, jika menguntungkan dirinya ia berbicara tetapi jika merugikan maka ia menahan diri. Orang yang durhaka adalah orang yang lidahnya terumbar bebas.”
          Sebagian kaum bijak bestari berkata, “Apabila seseorang berada dalam sebuah majlis lalu berambisi untuk bicara maka hendaklah ia diam dan apabila diam lalu selalu ingin diam, maka hendaklah ia berbicara.”
          Yazid bin Abu Hubaib berkata, “Termasuk fitnah seorang alim ialah jika dia lebih suka berbicara ketimbang mendengarkan. Jika sudah ada orang yang berbicara cukup maka mendengarkan adalah keselamatan sedangkan ikut berbicara adalah kelebihan omongan dan kekurangan.”

    3. Penyakit Ketiga: Melibatkan Diri dalam Pembicaraan yang Batil
          Yakni pembicaraan tentang berbagai kemaksiatan. Orang yang terlalu banyak berbicara tentang hal yang tidak berguna tidak akan aman dari terlibat dalam kebatilan.
    “Maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain.” (an-Nisa’:140)
    “Sesungguhnya seseorang berbicara dengan satu kalimat yang membuat teman-teman duduknya tertawa, tetapi ucapan tersebut menjerumuskan-nya lebih jauh dari bintang Trusaya.” (HR. Ibnu Abu Dunya)
          Ibnu Sirin berkata, “Seorang Anshar melewati suatu majlis mereka lalu dia berkata kepada mereka, ‘Berwudhu’lah karena sebagian yang kalian ucapkan lebih buruk dari hadats’.”

    4. Penyakit Keempat: Perbantahan dan Perdebatan
    “Janganlah kamu mendebat saudaramu, janganlah kamu mempermainkan-nya, dan janganlah kamu membuat janji dengannya lalu tidak kamu tepati.” (HR. Tirmidzi)
    “Siapa yang meninggalkan perbantahan padahal dia benar maka dibangun untuknya sebuah rumah di sorga yang paling atas. Siapa yang meninggalkan perbantahan sedangkan dia salah maka dibangun untuknya sebuah rumah di bagian pinggir sorga.” (HR. Tirmidzi)
    “Tidaklah sesat suatu kaum setelah Allah menunjuki mereka kecuali karena mereka melakukan perdebatan” (HR. Tirmidzi)
          Perbantahan ialah setiap sanggahan terhadap pembicaraan orang lain dengan menampakkan ketimpangan di dalamnya. Meninggalkan perbantahan adalah dengan meninggalkan pengingkaran dan sanggahan. Setiap pembicaraan yang Anda dengar jika tidak berkaitan dengan urusan agama [juga tidak menimbulkan kerusakan] maka hendaklah Anda mendiamkannya.
          Motivasi yang menggerakkan penyakit ini adalah rasa superioritas dengan menampakkan ilmu dan keunggulan disertai serangan terhadap orang lain dengan menampakkan kekurangannya. Kedua hal ini adalah syahwat batin bagi jiwa.

    5. Penyakit Kelima : Pertengkaran
          Ia lebih berat dari perbantahan dan perdebatan. Perbantahan adalah pengertian tentang perkara yang berkaitan dengan memenangkan pendapat atau pemikiran tanpa terkait tujuan selain melecehkan orang lain, dan menampakkan keunggulan dan kepintarannya. Sedangkan pertengkaran adalah bersikeras dalam pembicaraan untuk mendapatkan harta atau hak yang direncanakan.
    “Orang yang paling dibenci Allah adalah orang yang paling keras dalam pertengkaran.” (HR. Bukhari)
          Jika Anda berkata, bila manusia memiliki hak lalu untuk mendapatkannya atau menjaganya dia harus bertengkar karena dizalimi, maka bagaimana hukumnya dan bagaimana pertengkaran itu dicela, Maka ketahuilah bahwa celaan ini ditujukan kepada orang yang bertengkar dengan cara yang batil dan tanpa ilmu.
          Celaan ini juga ditujukan kepada orang yang menuntut haknya tetapi tidak membatasi diri sesuai keperluannya.
          Perkataan yang baik adalah lawan dari pertengkaran, perbantahan, perdebatan yang notabene merupakan perkataan yang dibenci, dapat melukai hati, dapat mengeruhkan kehidupan, dan membangkitkan kemarahan dan membuat dada panas.
    “Hal yang akan memasukkan kamu ke dalam sorga (diantaranya) adalah perkataan yang baik dan memberi makan.” (HR. Thabrani)
    “Dan ucapkanlah perkataan yang baik kepada manusia.” (al-Baqarah: 83)

    “Takutlah kalian akan api neraka sekalipun dengan sebelah biji korma; jika kamu tidak punya maka dengan perkataan yang baik.” (HR. Bukhari dan Muslim)
    bersambung...

    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Posting Komentar

    Item Reviewed: Mengendalikan Lidah (2) Rating: 5 Reviewed By: Unknown
    Scroll to Top