Bagaimana mungkin pendapat satu dua orang diberitakan seolah mewakili seluruh santri dan alumi Gontor. Apalagi narasumbernya tak jelas track record-nya
Oleh: Henri Shalahuddin
PAGI ini saya dikejutkan dengan pemberitaan di pelbagai media sosial yang mencitrakan Pondok Modern Darussalam Gontor, santri-santri dan alumninya mendukung salah satu capres 2014. Judul beritanya pun sangat bombastis, “Alumni Gontor: Jokowi-JK Pemimpin yang Diminta” (lihat: http://nasional.inilah.com/read/detail/2104634/alumni-gontor-jokowi-jk-pemimpin-yang-diminta#.U4ahKXKSzVY).
Tak kalah bombastisnya, Tribunnews.com menurunkan berita dengan judul: “Santri Gontor Nilai Jokowi-JK Pemimpin yang Diminta, Bukan Mencalonkan Diri”. (lihat: http://www.tribunnews.com/pemilu-2014/2014/05/28/santri-gontor-nilai-jokowi-jk-pemimpin-yang-diminta-bukan-mencalonkan-diri).
Kedua website tersebut melalui nara sumbernya yang diduga alumni Gontor, menegaskan bahwa salah satu capres layak dipilih dan paling sesuai dengan ajaran Islam. Karena mereka tak pernah mengajukan diri, tetapi dipilih dan diminta oleh partai karena dikehendaki rakyat, kata sang sumber.
Isi pemberitaannya selain provokatif, juga penuh kebohongan karena seolah-olah digambarkan bahwa semua santri dan alumni Gontor mendukung salah satu capres 2014.Di samping itu, pemberitaan seperti ini juga tidak beradab apalagi dengan cara mengkorupsi kandungan hadis hanya untuk menguatkan salah satu capres yang akan berlaga. Tentunya hal ini merupakan cara-cara yang tidak pernah diajarkan bahkan jauh dari ruh dan ajaran Pesantren Gontor.
Sebagaimana diketahui bahwa Pondok Modern Gontor berdiri pada tahun 1926, atau 19 tahun sebelum berdirinya Republik Indonesia. Sebagai lembaga pendidikan agama, Gontor didirikan untuk mendidik kader-kader umat.Oleh karena itu, sejak berdirinya hingga kini Gontor tidak membudayakan menerima kunjungan capres, cagub, cabup dan lain-lain demi menjaga netralitas lembaga pendidikan yang sudah diwakafkan untuk umat ini.
Sebagai alumni Gontor yang pernah belajar dan mengajar selama 11 tahun (1989-1995 dan 1995-2000), tentunya pemberitaan seperti dalam kedua website di atas sangat mengecewakan dan cenderung tidak profesional. Bagaimana mungkin pendapat satu dua orang diberitakan seolah-olah mewakili keseluruhan santri dan alumi Gontor. Apalagi yang dijadikan narasumbernya tidak jelas track record-nya di Gontor, misalnya alumni tahun berapa dan dari mana asal daerahnya, apakah dia belajar sampai tamat atau tidak, kalau tamat apa predikat kelulusannya, dan lain-lain.
Penjelasan seperti ini penting untuk menakar validitas informasi, menghindari pembohongan publik dan pemahaman terhadap pondok Gontor. Sebab sebagai lembaga pendidikan, Pondok Modern Gontor “berdiri di atas dan untuk semua golongan.” Gontor tidak pernah terjun dalam politik praktis, sebab bagi Gontor pendidikan merupakan politik tertinggi.Maka tidak heran jika para alumninya yang masih sehat akal budinya, tidak pernah mencomot nama Gontor untuk mendeklarasikan capres maupun partainya.
Selama mengenyam pendidikan di Gontor, kami para santri dan guru selalu ditanamkan ‘Panca Jiwa Pondok’ yang meliputi; jiwa keikhlasan, jiwa kesederhanaan, jiwa berdikari, jiwa ukhuwwah Islamiyyah, dan kiwa kebebasan. Berkenaan dengan penanaman jiwa Ukhuwwah Islamiyyah ini, KH. Ahmad Sahal, salah satu dari tiga pendiri pondok Gontor, pernah berkata: “Andaikata semua siswa Pondok Modern Gontor ini terdiri dari anak-anak Muhammadiyah, guru-gurunya pun semua orang Muhammadiyah, maka Pondok Modern Gontor tidak boleh sama sekali menjadi Muhammadiyah. Andaikata semua siswa Pondok Modern Gontor ini terdiri dari anak-anak NU, guru-gurunya pun semua orang NU, maka Pondok Modern Gontor tidak boleh sama sekali menjadi NU”.
Oleh karena itu sebagai lembaga perekat umat, Gontor ibarat ibu kandung bagi kaum muslimin.Tempat di mana seorang ibu mencurahkan kasih sayangnya, mendidik dan mengkader putra-putrinya agar menjadi generasi bangsa yang beradab pada Tuhannya, orang tuanya, masyarakat dan negaranya.Maka berdasarkan “sunnah pondok”, Gontor sejak awal berdirinya tidak pernah turut berkampanye untuk mendukung salah satu partai, calon legislative maupun calon presiden.Wallahua’lam bi l-Sawab.*
Penulis adalah mahasiswa doktoral di Universiti Malaya, Kuala Lumpur
Rep: Administrator
Editor: Cholis Akbar
http://www.hidayatullah.com/artikel/opini/read/2014/05/29/22323/gontor-berdiri-bukan-untuk-mendukung-capres.html
0 komentar:
Posting Komentar