Adalah merupakan sunatullah bahwa setiap manusia akan diberikan ujian dalam kehidupannya, baik berupa keburukan, bencana, ataupun kesenangan dan kebaikan (QS 21:35). Biasanya, manusia sangat mudah kembali dan mengingat Allah SWT ketika diuji dengan kesulitan dan bencana. Sebaliknya, manusia sering terlupa dengan Allah ketika diberikan kenikmatan dan kemudahan.
Sifat inilah yang Allah gambarkan dalam firman-Nya, ''Dan apabila manusia itu ditimpa kemudharatan, dia memohon (pertolongan) kepada Tuhannya dengan kembali kepada-Nya; kemudian apabila Tuhan memberikan nikmat-Nya kepadanya lupalah dia akan kemudharatan yang pernah dia berdoa (kepada Allah) sebelum itu ....''(QS 39:8).
Dalam ayat yang lainnya Allah menjelaskan pula, ''Dan apabila manusia ditimpa bahaya, dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk, atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat) seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.'' (QS 10:12).
Sebagai seorang Muslim, sifat yang digambarkan pada kedua ayat di atas jelas harus dijauhi. Sifat yang harus dimiliki oleh seorang Muslim adalah harus senantiasa terkait dan ingat pada Allah dalam setiap aktivitasnya, terutama dalam waktu diberikan kelapangan hidup. Rasulullah memerintahkan dalam sabdanya, ''Barangsiapa yang menginginkan doanya terkabul pada saat sedih dan susah, maka hendaklah memperbanyak berdoa pada saat lapang.'' (HR Tirmizi dari Abu Hurairah).
Hadis di atas jelas menunjukkan bahwa berdoa di kala lapang merupakan prasyarat agar doa kita terkabul di saat sedang ditimpa kesusahan. Tegasnya, doa kita pada saat kesusahan akan sangat sulit dikabulkan Allah jika kita sendiri lalai dalam keadaan lapang. Sedikitnya ada dua hal yang dapat dilakukan agar kita tidak terlena oleh kelapangan hidup. Pertama, mengingat keadaan ketika susah. Sikap ini bertujuan agar kita tidak lupa bagaimana keadaan kita sebelumnya. Sikap ini pula yang akan mengikis sikap sombong dan akan membuat kita semakin tawadhu.
Perhatikan peringatan Allah dalam firman-Nya, ''Bermegah-megahan telah melalaikan kamu sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin. Niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka jahim. Dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan 'ainul yaqin. Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan.'' (QS 102:1-8).
Kedua, menyadari bahwa kelapangan hidup merupakan anugerah dan kenikmatan yang Allah berikan. Sikap seperti ini mengajarkan kepada kita untuk mensyukuri semua fasilitas kelapangan tersebut. Wallahu a'lam. (Mulyana)
sumber : republika
Sifat inilah yang Allah gambarkan dalam firman-Nya, ''Dan apabila manusia itu ditimpa kemudharatan, dia memohon (pertolongan) kepada Tuhannya dengan kembali kepada-Nya; kemudian apabila Tuhan memberikan nikmat-Nya kepadanya lupalah dia akan kemudharatan yang pernah dia berdoa (kepada Allah) sebelum itu ....''(QS 39:8).
Dalam ayat yang lainnya Allah menjelaskan pula, ''Dan apabila manusia ditimpa bahaya, dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk, atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat) seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.'' (QS 10:12).
Sebagai seorang Muslim, sifat yang digambarkan pada kedua ayat di atas jelas harus dijauhi. Sifat yang harus dimiliki oleh seorang Muslim adalah harus senantiasa terkait dan ingat pada Allah dalam setiap aktivitasnya, terutama dalam waktu diberikan kelapangan hidup. Rasulullah memerintahkan dalam sabdanya, ''Barangsiapa yang menginginkan doanya terkabul pada saat sedih dan susah, maka hendaklah memperbanyak berdoa pada saat lapang.'' (HR Tirmizi dari Abu Hurairah).
Hadis di atas jelas menunjukkan bahwa berdoa di kala lapang merupakan prasyarat agar doa kita terkabul di saat sedang ditimpa kesusahan. Tegasnya, doa kita pada saat kesusahan akan sangat sulit dikabulkan Allah jika kita sendiri lalai dalam keadaan lapang. Sedikitnya ada dua hal yang dapat dilakukan agar kita tidak terlena oleh kelapangan hidup. Pertama, mengingat keadaan ketika susah. Sikap ini bertujuan agar kita tidak lupa bagaimana keadaan kita sebelumnya. Sikap ini pula yang akan mengikis sikap sombong dan akan membuat kita semakin tawadhu.
Perhatikan peringatan Allah dalam firman-Nya, ''Bermegah-megahan telah melalaikan kamu sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin. Niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka jahim. Dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan 'ainul yaqin. Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan.'' (QS 102:1-8).
Kedua, menyadari bahwa kelapangan hidup merupakan anugerah dan kenikmatan yang Allah berikan. Sikap seperti ini mengajarkan kepada kita untuk mensyukuri semua fasilitas kelapangan tersebut. Wallahu a'lam. (Mulyana)
sumber : republika
0 komentar:
Posting Komentar